BAGIAN PERTAMA
Identitas jurnal Sistem
Transportasi sebagai berikut :
Judul :
Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun
Bekasi sebagai
Kawasan Transit Oriented Development
Peneliti : Asti Larasati dan Petrus N. Indradjati
Penerbit : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A
SAPPK V4 N2
Tahun
terbit : Juli 2015
Penerapan konsep TOD di
negara-negara di dunia telah memperlihatkan kesuksesan dalam menata
transportasi negaranya. Agar bisa dipraktekkan di Indonesia perlu adanya
strategi dan konsep yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kota Bekasi
merupakan wilayah urban Sprawl dari
DKI Jakarta. Artinya merupakan daerah penyangga dari DKI Jakarta sendiri. Banyak
commuter yang berangkat dari Bekasi
menuju Jakarta untuk bekerja. Mobillitas penduduk yang tinggi, cepat dan massal
antarwilayah Jabodetabek mengakibatkan kepadatan yang cenderung menggunkan
transportasi pribadi untuk kegiatan communting
(ulang-alik). Pada tahun 2014, Sebagian besar penduduk yang melakukakan commuting masih menggunakan kendaraan
pribadi, sementara sekitar 24% pengguna transportasi umum menggunakan kereta
api. (BPS Bekasi).
TOD merupakan konsep pengembangan disekitar jaringan
transit regional, melengkapi strategi dari perkembangan neighborhood yang telah ada selama ini. Bukan hanya mengalihkan
pemilihan moda ke transportasi umum, TOD meningkatkan accesibilitas dan pilihan
transportasi melalui clustering dan
campuran tata guna lahan, serta peningkatan penggunaan kendaraan tidak bermotor.
(Victoria Transport Policy Institute,
2014)
Pengembangan kawasan
sebagai TOD memiliki prasyarat serta prinsip yang perlu didukung aturan terkait
tata guna lahan dan transportasi. Namun di Bekasi belum
terdapat dokumen semacam ini. Studi ini penting dilakukan bagi lembaga
berwenang untuk mengadaptasi prinsip TOD sebagai solusi. Maka studi ini
bertujuan mengidentifikasi peluang pengembangan kawasan sebagai TOD berdasarkan
kebutuhan pola pergerakan pengguna, karakteristik kawasan, serta dukungan
kebijakan pengembangan stasiun secara khusus.
Metode dalam penelitian
“Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun Bekasi sebagai Kawasan Transit Oriented
Development” ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sementara pendekatan
dalam mencapai tujuan sehingga ditarik kesimpulan dengan pendekatan
deduktif (umum-khusus). Serta pendekatan perspektif dengan perumusan tindakan
pemecahan. Untuk metode pengumpulan data
dilakukan studi kepustakaan, survei data sekunder ke instansi terkait, dan
survei primer berupa kuisioner dengan sampel yang dituju adalah pengguna commuter line, serta observasi langsung
dalam radius 800 meter.
Metode
analisis data
menggunakan analisis kuantitatif dengan analisis statistika deskriptif.
Sedangkan metode analisis kualitatifnya berupa analisis deskriptif (gambaran
karakteristik lokasi) dan analisis isi (konten data sekunder guna penilaian
peluang dan prinsip). Untuk mengetahui prinsip, prasyarat, kriteria, dan
indikator sebagai kerangka teoritis akan dilakukan kajian literatur terkait konsep teoritis dan kriteria yang perlu
dijadikan panduan. Sementara untuk
mengetahui karakteristik pengguna dan karakteristik spesifik lokasi dilakukan
dengan analisis statistik deskriptif.
Sedangkan untuk merumuskan struktur pengembangan dilakukan analisis statistik deskriptif dan analisis isi.
Analisis yang digunakan
diantaranya Analisis Kebutuhan Pengguna
yang menemukan bahwa kebutuhan yang penting adalah penyediaan lahan parkir di
stasiun terkait kegiatan park and ride,
pengembangan kegiatan komersil, penyediaan fasilitas intramoda, pengaturan
trayek angkot, kegiatan yang mendukung aktivitas pergerakan, dan lain-lain.
Pelayanan skala kota dimana penduduk yang tinggal dalam radius 800 meter
sedikit sekali yang menggunakan jasa kereta api, sebaliknya justru digunakan
oleh para commuter yang tinggal jauh
dari kawasan stasiun. Jika penyediaan parkir diperbanyak akan melemahkan
prinsip TOD sendiri. Sehingga penyediaan
fasilitas intramoda sangat penting untuk mempermudah pengguna stasiun
khususnya fasilitas halte ataupun sarana pengumpul lainnya guna meningkatkan
accesibilitas stasiun.
Analisis
Karakteristik Spesifik Lokasi
berdasarkan observasi menunjukkan kondisi eksisting apa yang dapat mendukung
dan tidak mendukung konsep TOD. Terdapat
12 faktor, 8 diantaranya dianggap masih kurang menguntungkan bagi konsep
TOD. Sehingga kawasan Stasiun Bekasi dapat dikatakan memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan TOD. Observasi karakteristik Tata Guna Lahan sekitar kawasan (radius 800 meter)
sebagai berikut: (1) tata guna lahannya komersial, perumahan, pemerintahan, dan
campuran. (2) terdapat variasi jenis dan intensitas kegiatan. (3) Terdapat
kepadatan penduduk cukup tinggi dan kegiatan employment tinggi. (4) Terdapat RTH skala kota, belum lingkungan.
(5) Terdapat lahan kosong untuk pengembangan baru ataupun redevelopment (infill dev’).
Sementara observasi jaringan transportasi sebagai
berikut: (1) Stasiun berada di jalan Arteri dengan pola linear. (2) Jalan
penghubung cenderung macet (3) Sirkulasi dan fasilitas pejalan kaki maupun
penyebrangan yang kurang baik. (4) Tidak terdapat jalur sepeda. (5) Pelayanan
jasa transit frekuensi tinggi sudah tersedia (KRL Commuter Line) (6) Tersedia
moda transportasi lain (angkot dan ojek) (7) Lahan parkir yang cukup padat.
Analisis
Struktur Persoalan dirumuskan
dari analisis dukungan rencana, analisis kepemilikan lahan, dan analisis
kebutuhan pengguna terkait prinsip TOD. Ditemukan terdapat 6 rencana berkaitan
dengan penataan ruang kawasan dan jasa transportasi. Arahan pengembangan
kawasan di RTRW, ketentuan pemanfaatan lahan dan kegiatan di RDTRK, Rencana
Induk Transportasi Kota, kajian rencana pembangunan sarana parkir, serta
penataan jalur pedestrian. Kepemilikan tanah sekitar cenderung privat dan bisa
dikembangkan dengan redevelope site atau
infill site karena banyak terbangun. Terdapat 6 kriteria yang belum didukung
oleh rencana, 11 kriteria sudah didukung (7 diantaranya belum terlaksana baik).
Sehingga struktur persoalannya sebagai berikut: (1) Peningkatan intensitas
harus diikuti peningkatan transportasi terutama fasilitas intramoda yang memadai
dan biaya terjangkau (2) Tidak ada
rencana pola jalan Grid yang notabene
ciri khas pengembangan TOD. (3) Rencana mengarah ke pedestrian, namun belum
memiliki kualitas lingkungan yang baik. (4) Tidak
ada rencana terkait peningkatan accesibilitas
rute pejalan kaki dari dan ke stasiun. (5) Tidak terdapat rencana pengembangan sirkulasi pejalan kaki menuju
RTH sekitar. (6) RTRW Bekasi mengarahkan kepada penyediaan RTH namun disekitar
kawasan tidak terdapat RTH skala
lingkungan/lokal. (7) Terdapat rencana pembangunan rel double-double track. (8) Rencana pembangunan stasiun dan kawasan
sekitarnya harus terintegrasi, namun belum ada kompatibilitas konfigurasi bangunan
dan lingkungan sekitar. (9) Masih terdapat
konflik antar pergerakan kendaraan bermotor dengan pejalan kaki. (10)
Kajian rencana infrastruktur parkir bersama
belum terealisasi dengan kebutuhan yang cukup tingi (11) Dalam RTRW Bekasi
terdapat peningkatan fungsi Stasiun Bekasi, peningkatan keamanan perlintasan,
dan penanganan kemacetan. Namun, masih perlu tambahan penyebrangan, perlintasan
rel kereta api, serta halte moda transportasi.
Peluang
pengembangan dari
analisis kebutuhan dan persoalan dapat dirumuskan peluang pengembangan Stasiun
Bekasi terkait dukungan kebijakan. Dari
17 kriteria pengembangan TOD 10 kriteria telah di dukung kebutuhan masyarakat
dan 11 kriteria didukung rencana dan kebijakan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa terdapat peluang pengembangan
Stasiun Bekasi dan kawasan sekitarnya yang terintegrasi sebagai TOD.
Prinsip
pengembangan TOD di
kawasan berdasarkan prasyarat, prinsip persoalan yang dihadapi, serta aspek dan
komponen yang diatur, adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan intensitas harus
diakomodasi sistem transportasi dan fasilitas yang memadai. (2) Pemanfaatan
lahan dan variasi kegiatan yang komplementer diarahkan berdekatan (3) Penataan
jalur kendaran terpisah dengan jalur sepeda dan pejalan kaki. (4) Fasilitas
penyebranagn di titik yang tepat. (5) Penyediaan street furniture yang melindungi pengguna dari kriminal. (6)
Penyediaan street furniture di jalur
pejalan yang berdimensi proporsional. (7) Jalur pejalan kaki yang memenuhi
kebutuhan lebar minimum. (8) Pengembangan jalur pejalan kaki yang terkoneksi
antarbangunan. (9) Penyediaan RTH yang memenuhi skala kebutuhan. (10)
Penyediaan RTH dilengkapi dengan perabot ruang yang menimbulkan rasa aman dan
nyaman. (11) RTH dengan elemen estetika yang atraktif. (12) Pengembangan
bangunan yang terintegrasi. (13) Penyediaan sarana parkir yang mudah dijangkau.
(14) Pelayanan jasa transit yang memenuhi kebutuhan frekuensi perjlanan pengguna
untuk efisiensi. (15) Pengaturan perlintasan kereta api yang menjamin
keselamatan penyebrangan. (16) Pengaturan
jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan dengan pusat aktivitas
perumahan, komersil, dan perkantoran.
Berdasarkan hasil analisis
dan metode di atas terdapat beberapa kebutuhan pengguna yang
berimplikasi pada pengembangan kawasan. Kondisi Stasiun Bekasi dan daerah
sekitarnya telah mendukung bagi beberapa kriteria TOD, namun masih terdapat beberapa kriteria yang harus
dikembangkan. Terdapat beberapa kriteria yang belum didukung
rencana, dan peluang pengembangan sebagian besar berlaku
di kawasan. Hasil perumusan penyesuaian prinsip, kriteria, dan
indikator kawasan TOD kawasan Bekasi yang telah disesuaikan dan direduksi
selsuai relevansi :
(terlampir)
Rekomendasi
dari peneliti
diantaranya: (1) Penyusunan kebjakan yang mendukung prinsip TOD. (2)
Mengembangkan konsep penataan kawasan sekitar yang meliputi aspek perancangan
maupun disain kawasan serta kegiatan yang ada. (3) Adanya manajemen parkir yang
efisien dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna stasiun dengan karakteristik park and ride.
Catatan studi mengenai
kekurangan jurnal ini diantaranya: (1) responden belum mengetahui konsep TOD.
(2) kerangka teori yang digunakan berdasar dokumen yang diterapkan di luar
negeri. (3) Penelitian tidak dilakukan secara rinci. (4) Belum mempertimbangkan
persepsi masyarakat yang terkena dampak konsep TOD (diluar radius 800 meter).
Sementara studi lanjutan dapat berupa studi kasus sama di lokasi berbeda,
penelitian preferensi masyarakat TOD untuk beralih moda, Penelitian aspek
pembiayaan dan staeholder, Penelitian terkait dampak pembangunan double-double
track si Stasiun Bekasi.
BAGIAN KEDUA
Pada dasarnya prinsip TOD
adalah tantangan sekaligus jawaban
bagi negara berkembang yang memiliki masalah transportasi massa yang pelik
seperti Indonesia. Kesuksesan konsep TOD di negara lain tentunya didukung oleh
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti karakteristik masyarakat, faktor
kemajuan dan kelengkapan transportasi, faktor biaya transportasi, dan lainya.
Maka dari itu jika konsep TOD diterapkan di Indonesia khususnya Bekasi akan
terlihat jelas perbedaan mendasar dari aplikasi di kawasan tersebut. Namun, di
dalam junal ini sudah dijelaskan secara sistematis, ilmiah, dan cukup sederhana
mengenai peluang aplikasi TOD di kawasan Stasiun Bekasi. Diharapkan jurnal ini
akan mampu memicu penelitian tentang TOD berikutnya serta aplikasinya di
Indonesia.
Jurnal yang terlampir bertujuan
untuk “mengidentifikasi peluang pengembangan kawasan sebagai
TOD berdasarkan kebutuhan pola
pergerakan pengguna, karakteristik kawasan, serta dukungan kebijakan pengembangan stasiun secara khusus” . Namun
output dari jurnal sendiri kurang komunikatif dan cukup sulit dimengerti. Pada
bagian kesimpulan peneliti menyajikan prinsip, kriteria, dan indikator yang
lebih berfungsi sebagai kerangka teori saja tidak aplikatif untuk pengembangan
kawasan TOD Stasiun Bekasi. Sebaiknya tabel prinsip, kriteria, dan indikator
ditambahkan kolom identifikasi agar terlihat komponen yang masih kurang dan
yang sudah terakomodasi. Sementara output dari tujuan jurnal itu sendiri
terkesan terkesampingkan. Sebaiknya penjelasan mengenai output tujuan jurnal
disajikan dalam bentuk tabel juga ataupun dengan penulisan yang bold.
Penyajian data kuantitatif
terkait kondisi commuter dari Bekasi
ke Jakarta dirasa kurang lengkap. Di dalam jurnal hanya dijelaskan secara
kualitatif “Sebagian besar penduduk yang melakukakan commuting masih
menggunakan kendaraan pribadi,..” Sementara informasi selanjutnya tidak
begitu relevan karena menjelaskan jumlah pengguna kereta api saja, bukan
pengguna kereta api yang melakukan commuting
“sementara sekitar 24% pengguna transportasi umum menggunakan kereta api. (BPS
Bekasi)”. Hendaknya data kuantitatif mengenai jumlah commuter dengan kereta api bisa di dapat dari pembelian tiket di
stasiun itu sendiri sehingga data yang menjadi dasar penelitian bisa lebih
akurat.
Kriteria TOD sebaiknya
dijelaskan di tinjauan literatur
dulu, tidak implisit berada di dalam jurnal untuk menghindari ketidakpaduan
jurnal. Pada kesimpulan terdapat rancangan prinsip, kriteria, dan indikator
sementara kerangka teoritis dari literaturnya tidak terdapat di awal sehingga
terkesan muncul tiba-tiba di kesimpulan.
Mungkin bisa terjadi karena keterbatasan jumlah halaman yang disebabkan standardisasi
jurnal dari penerbit. Namun, sebaiknya ada penjelasan yang cukup gamblang di
awal.
Metode dan analisis yang
digunakan sudah baik untuk penelitian penggagas seperti jurnal ini. Memadukan
metode analisa kuantitatif dan kualitatif merupakan pilihan bijak ataupun
sebuah keharusan bagi suatu penelitian. Analisis trisula (Analisis Kebutuhan
Pengguna, Analisis Karakteristik Spesifik Lokasi, Analisis Struktur Persoalan)
menyajikan kriteria dalam poin-poin yang sedikit sulit dimengerti.
Konsep TOD merupakan isu
hangat yang menjadi primadona transportasi sejak 1990-an. Belum ada aplikasi
yang ideal untuk Indonesia menjadikan konsep ini sedikit ekslusif yang masih jauh dari implementasi. Karena banyak faktor
yang mempengaruhinya tadi. Menurut Bambang Susanto (2014) upaya pembangunan TOD
bisa dilakukan dengan perombakan sistem perizinan kendaraan bermotor dari quantity
licensing menjadi quality licensing. Artinya peran pemerintah harus tegas
menentukan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang harus dipenuhi operator (kereta
api ataupun moda transportasi pengumpul). Dengan perizinan berbasis quality moda transportasi yang kurang
layak tidak akan diizinkan beroperasi sehingga transportasi yang tersedia mampu
menyediakan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
Konsep penting lainnya dari TOD adalah Accesibilitas, yaitu semua pengguna
mampu mengakses moda transportasi terdekat dengan nyaman dan murah. Ketepatan
penentuan simpul pengumpul terbaik adalah di dekat kawasan perumahan. Sementara
di radius 800 meter Stasiun Bekasi sendiri penduduknya tidak banyak melakukan commuting sehingga penduduk yang
berkepentingan tidak memiliki akses yang cukup ke Stasiun serta mendorong
kebutuhan park and ride disekitar
Stasiun. Seharusnya sistem park and ride menjadi
pendorong akses untuk moda transportasi di simpul pengumpul. Sehingga konsep
TOD bisa berjalan baik.
Jika dibandingkan dengan
jurnal TOD lainnya bejudul “Sistem
Transit Oriented Development (TOD) Perkeretapian Dalam Rencana Jaringan Kereta
Api Komuter Mamminasata” oleh Kosmas Toding, Yamin Jinca, dan Shirly Wunas.
Jurnal ini mengedepankan strategi perencanaan sistem TOD di masa depan,
sementara jurnal pertama lebih mengedepankan peluang aplikasinya di kawasan.
Jurnal kedua melihat TOD sebagai salah satu konsep masa depan kawasan yang pada dasarnya belum memiliki
kriteria dan urgensitas yang mengarah kepada TOD. Sementara jurnal pertama
melihat permasalahan yang ada di kawasan dan dengan urgensi yang ada menelurkan
peluang dalam bentuk prinsip,kriteria, dan indikator yang harus dipenuhi agar
TOD bisa teraplikasikan.
BAGIAN KETIGA
Prinsip, kriteria, dan
indikator yang didapat dari jurnal merupakan pedoman untuk pengembangan konsep
TOD di kawasan Stasiun Bekasi. Peluang teraplikasikannya konsep ini di Stasiun
Bekasi juga cukup besar berdasarkan hasil analisis di dilakukan. Dari
rekomendasi penelitian juga telah dijabarkan konsep yang bagus terkait kebijakan,
integrasi kawasan, dan sistem park and
ride. Melalui catatan studi kekurangan penelitian dijelaskan studi
pendukung yang akan memperkuat penelitian ini. Sehingga dapat disimplkan
beberapa Lesson Learned yang dapat
diambil, sebagai berikut:
1.
Transportasi
merupakan derive demand yang baru tersedia bila ada faktor-faktor lain
yang mendorongnya. Artinya tidak bisa berdiri sendiri sehingga butuh integrasi dengan
sistem-sistem lainnya.
2.
Komponen
transportasi adalah terdapat satu atau
beberapa kegiatan (Tinggal di Bekasi, Bekerja di Jakarta), Antar Lokasi terpisah (Bekasi dan
Jakarta), antar kegiatan berhubungan (berhubungan
dalam kepentingan ekonomi maupun secara fisik dihubungkan dengan rel kereta
api).
3.
Dalam
pengelolaan sistem transportasi yang baik penting mengedapankan moda transportasi massal (publik) daripada moda
transportasi privat.
4.
Sistem
transportasi kota-kota besar di Indonesia membutuhkan
konsep seperti TOD untuk menyelesaikan masalah yang ada terutama di
kota-kota besar.
5.
Mengadaptasi
konsep negara lain tidak sepenuhnya bisa
berjalan lancar di Indonesia, karena terdapat karakteristik Indonesia
sendiri yang tidak bisa disamakan maupun dikesampingkan.
6.
Transportasi
yang berorientasi pada layanan transit membutuhkan
sinergi antar moda yang baik agar tercipta sistem transportasi yang
efisien, aman, dan nyaman.
Penulis merekomendasikan
beberapa tambahan ide untuk memecahkan masalah transportasi di Indonesia,
sebagai beikut:
1.
Moda
transportasi Becak, Ojek, Bemo, dan Lyn
(moda komplementer) merupakan kearifan lokal Indonesia. Menjadikan moda
transportasi seperti ini sebagai moda pengumpul akan menjadikan konsep TOD
tidak terlalu muluk untuk diterapkan di kota-kota besar dan khususnya kota-kota
kecil yang berpotensi membutuhkan konsep TOD.
2.
Pengenaan
pajak tinggi terhadap motor adalah
salah satu upaya real untuk
memberantas masalah transportasi baik utama maupun sampingan. Namun harus
dibarengi dengan kesiapan moda transportasi massal yang mumpuni pula.
3.
Salah
satu akar masalah dalam transportasi
darat perkotaan adalah bagaimana menarik masyarakat kelas atas berganti
moda dan menyediakan moda bagi masyarakat bawah. Sementara masyarakat menengah
cenderung mengikut dari ketersediaan moda. Sehingga penyediaan transportasi massal yang terjangkau dan
nyaman adalah sebuah keharusan bagi pemerintah.
Daftar
Pustaka
Indradjati, Petrus N. Dan
Larasti, Asti.2015.Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun Bekasi sebagai
kawasan Transit Oriented Development.”Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A
SAPPK V4 N2”.Bandung:e-jurnal di akses 1 Maret 2016
Susanto,
Bambang.2014.”Revolusi Transportasi”.Jakarta: Gramedia
Toding, Kosmas; Yamin
Jinca; Shirly Wunas.2014. “Sistem
Transit Oriented Development (TOD) Perkeretapian Dalam Rencana Jaringan Kereta
Api Komuter Mamminasata”. Makassar: e-junal di akses 1 Maret 2016
Selamat Sore. Bisakah saya meminta jurnal aslinya? Terimakasih
ReplyDelete