Wednesday, March 9, 2016

Critical Review : Sistem Transportasi - TOD "Pemeran Utama Panggung Dekade 90-an"

BAGIAN PERTAMA

Identitas jurnal Sistem Transportasi sebagai berikut :
Judul           : Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun Bekasi sebagai
Kawasan Transit   Oriented Development
Peneliti        : Asti Larasati dan Petrus N. Indradjati
Penerbit       : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V4 N2
Tahun terbit : Juli 2015
Penerapan konsep TOD di negara-negara di dunia telah memperlihatkan kesuksesan dalam menata transportasi negaranya. Agar bisa dipraktekkan di Indonesia perlu adanya strategi dan konsep yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kota Bekasi merupakan wilayah urban Sprawl dari DKI Jakarta. Artinya merupakan daerah penyangga dari DKI Jakarta sendiri. Banyak commuter yang berangkat dari Bekasi menuju Jakarta untuk bekerja. Mobillitas penduduk yang tinggi, cepat dan massal antarwilayah Jabodetabek mengakibatkan kepadatan yang cenderung menggunkan transportasi pribadi untuk kegiatan communting (ulang-alik). Pada tahun 2014, Sebagian besar penduduk yang melakukakan commuting masih menggunakan kendaraan pribadi, sementara sekitar 24% pengguna transportasi umum menggunakan kereta api. (BPS Bekasi).
TOD merupakan konsep pengembangan disekitar jaringan transit regional, melengkapi strategi dari perkembangan neighborhood yang telah ada selama ini. Bukan hanya mengalihkan pemilihan moda ke transportasi umum, TOD meningkatkan accesibilitas dan pilihan transportasi melalui clustering dan campuran tata guna lahan, serta peningkatan penggunaan kendaraan tidak bermotor. (Victoria Transport Policy Institute, 2014)
Pengembangan kawasan sebagai TOD memiliki prasyarat serta prinsip yang perlu didukung aturan terkait tata guna lahan dan transportasi. Namun di Bekasi belum terdapat dokumen semacam ini. Studi ini penting dilakukan bagi lembaga berwenang untuk mengadaptasi prinsip TOD sebagai solusi. Maka studi ini bertujuan mengidentifikasi peluang pengembangan kawasan sebagai TOD berdasarkan kebutuhan pola pergerakan pengguna, karakteristik kawasan, serta dukungan kebijakan pengembangan stasiun secara khusus.

Metode dalam penelitian “Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun Bekasi sebagai Kawasan Transit Oriented Development” ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif.  Sementara pendekatan dalam mencapai tujuan sehingga ditarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif (umum-khusus). Serta pendekatan perspektif dengan perumusan tindakan pemecahan. Untuk metode pengumpulan data dilakukan studi kepustakaan, survei data sekunder ke instansi terkait, dan survei primer berupa kuisioner dengan sampel yang dituju adalah pengguna commuter line, serta observasi langsung dalam radius 800 meter.
Metode analisis data menggunakan analisis kuantitatif dengan analisis statistika deskriptif. Sedangkan metode analisis kualitatifnya berupa analisis deskriptif (gambaran karakteristik lokasi) dan analisis isi (konten data sekunder guna penilaian peluang dan prinsip). Untuk mengetahui prinsip, prasyarat, kriteria, dan indikator sebagai kerangka teoritis akan dilakukan kajian literatur terkait konsep teoritis dan kriteria yang perlu dijadikan panduan.  Sementara untuk mengetahui karakteristik pengguna dan karakteristik spesifik lokasi dilakukan dengan analisis statistik deskriptif. Sedangkan untuk merumuskan struktur pengembangan dilakukan analisis statistik deskriptif dan analisis isi.
Analisis yang digunakan diantaranya Analisis Kebutuhan Pengguna yang menemukan bahwa kebutuhan yang penting adalah penyediaan lahan parkir di stasiun terkait kegiatan park and ride, pengembangan kegiatan komersil, penyediaan fasilitas intramoda, pengaturan trayek angkot, kegiatan yang mendukung aktivitas pergerakan, dan lain-lain. Pelayanan skala kota dimana penduduk yang tinggal dalam radius 800 meter sedikit sekali yang menggunakan jasa kereta api, sebaliknya justru digunakan oleh para commuter yang tinggal jauh dari kawasan stasiun. Jika penyediaan parkir diperbanyak akan melemahkan prinsip TOD sendiri. Sehingga penyediaan fasilitas intramoda sangat penting untuk mempermudah pengguna stasiun khususnya fasilitas halte ataupun sarana pengumpul lainnya guna meningkatkan accesibilitas stasiun.
Analisis Karakteristik Spesifik Lokasi berdasarkan observasi menunjukkan kondisi eksisting apa yang dapat mendukung dan tidak mendukung konsep TOD. Terdapat 12 faktor, 8 diantaranya dianggap masih kurang menguntungkan bagi konsep TOD. Sehingga kawasan Stasiun Bekasi dapat dikatakan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan TOD. Observasi karakteristik Tata Guna Lahan sekitar kawasan (radius 800 meter) sebagai berikut: (1) tata guna lahannya komersial, perumahan, pemerintahan, dan campuran. (2) terdapat variasi jenis dan intensitas kegiatan. (3) Terdapat kepadatan penduduk cukup tinggi dan kegiatan employment tinggi. (4) Terdapat RTH skala kota, belum lingkungan. (5) Terdapat lahan kosong untuk pengembangan baru ataupun redevelopment (infill dev’).
Sementara observasi jaringan transportasi sebagai berikut: (1) Stasiun berada di jalan Arteri dengan pola linear. (2) Jalan penghubung cenderung macet (3) Sirkulasi dan fasilitas pejalan kaki maupun penyebrangan yang kurang baik. (4) Tidak terdapat jalur sepeda. (5) Pelayanan jasa transit frekuensi tinggi sudah tersedia (KRL Commuter Line) (6) Tersedia moda transportasi lain (angkot dan ojek) (7) Lahan parkir yang cukup padat.  
Analisis Struktur Persoalan dirumuskan dari analisis dukungan rencana, analisis kepemilikan lahan, dan analisis kebutuhan pengguna terkait prinsip TOD. Ditemukan terdapat 6 rencana berkaitan dengan penataan ruang kawasan dan jasa transportasi. Arahan pengembangan kawasan di RTRW, ketentuan pemanfaatan lahan dan kegiatan di RDTRK, Rencana Induk Transportasi Kota, kajian rencana pembangunan sarana parkir, serta penataan jalur pedestrian. Kepemilikan tanah sekitar cenderung privat dan bisa dikembangkan dengan redevelope site atau infill site karena banyak terbangun. Terdapat 6 kriteria yang belum didukung oleh rencana, 11 kriteria sudah didukung (7 diantaranya belum terlaksana baik). Sehingga struktur persoalannya sebagai berikut: (1) Peningkatan intensitas harus diikuti peningkatan transportasi terutama fasilitas intramoda yang memadai dan biaya terjangkau (2) Tidak ada rencana pola jalan Grid yang notabene ciri khas pengembangan TOD. (3) Rencana mengarah ke pedestrian, namun belum memiliki kualitas lingkungan yang baik. (4) Tidak ada rencana terkait peningkatan accesibilitas rute pejalan kaki dari dan ke stasiun. (5) Tidak terdapat rencana pengembangan sirkulasi pejalan kaki menuju RTH sekitar. (6) RTRW Bekasi mengarahkan kepada penyediaan RTH namun disekitar kawasan tidak terdapat RTH skala lingkungan/lokal. (7) Terdapat rencana pembangunan rel double-double track. (8) Rencana pembangunan stasiun dan kawasan sekitarnya harus terintegrasi, namun belum ada kompatibilitas konfigurasi bangunan dan lingkungan sekitar. (9) Masih terdapat konflik antar pergerakan kendaraan bermotor dengan pejalan kaki. (10) Kajian rencana infrastruktur parkir bersama belum terealisasi dengan kebutuhan yang cukup tingi (11) Dalam RTRW Bekasi terdapat peningkatan fungsi Stasiun Bekasi, peningkatan keamanan perlintasan, dan penanganan kemacetan. Namun, masih perlu tambahan penyebrangan, perlintasan rel kereta api, serta halte moda transportasi.


Peluang pengembangan dari analisis kebutuhan dan persoalan dapat dirumuskan peluang pengembangan Stasiun Bekasi terkait dukungan kebijakan. Dari 17 kriteria pengembangan TOD 10 kriteria telah di dukung kebutuhan masyarakat dan 11 kriteria didukung rencana dan kebijakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat peluang pengembangan Stasiun Bekasi dan kawasan sekitarnya yang terintegrasi sebagai TOD.
Prinsip pengembangan TOD di kawasan berdasarkan prasyarat, prinsip persoalan yang dihadapi, serta aspek dan komponen yang diatur, adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan intensitas harus diakomodasi sistem transportasi dan fasilitas yang memadai. (2) Pemanfaatan lahan dan variasi kegiatan yang komplementer diarahkan berdekatan (3) Penataan jalur kendaran terpisah dengan jalur sepeda dan pejalan kaki. (4) Fasilitas penyebranagn di titik yang tepat. (5) Penyediaan street furniture yang melindungi pengguna dari kriminal. (6) Penyediaan street furniture di jalur pejalan yang berdimensi proporsional. (7) Jalur pejalan kaki yang memenuhi kebutuhan lebar minimum. (8) Pengembangan jalur pejalan kaki yang terkoneksi antarbangunan. (9) Penyediaan RTH yang memenuhi skala kebutuhan. (10) Penyediaan RTH dilengkapi dengan perabot ruang yang menimbulkan rasa aman dan nyaman. (11) RTH dengan elemen estetika yang atraktif. (12) Pengembangan bangunan yang terintegrasi. (13) Penyediaan sarana parkir yang mudah dijangkau. (14) Pelayanan jasa transit yang memenuhi kebutuhan frekuensi perjlanan pengguna untuk efisiensi. (15) Pengaturan perlintasan kereta api yang menjamin keselamatan penyebrangan. (16) Pengaturan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan dengan pusat aktivitas perumahan, komersil, dan perkantoran.
Berdasarkan hasil analisis dan metode di atas terdapat beberapa kebutuhan pengguna yang berimplikasi pada pengembangan kawasan. Kondisi Stasiun Bekasi dan daerah sekitarnya telah mendukung bagi beberapa kriteria TOD, namun masih terdapat beberapa kriteria yang harus dikembangkan. Terdapat beberapa kriteria yang belum didukung rencana, dan peluang pengembangan sebagian besar berlaku di kawasan. Hasil perumusan penyesuaian prinsip, kriteria, dan indikator kawasan TOD kawasan Bekasi yang telah disesuaikan dan direduksi selsuai relevansi :
(terlampir)
Rekomendasi dari peneliti diantaranya: (1) Penyusunan kebjakan yang mendukung prinsip TOD. (2) Mengembangkan konsep penataan kawasan sekitar yang meliputi aspek perancangan maupun disain kawasan serta kegiatan yang ada. (3) Adanya manajemen parkir yang efisien dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna stasiun dengan karakteristik park and ride.
Catatan studi mengenai kekurangan jurnal ini diantaranya: (1) responden belum mengetahui konsep TOD. (2) kerangka teori yang digunakan berdasar dokumen yang diterapkan di luar negeri. (3) Penelitian tidak dilakukan secara rinci. (4) Belum mempertimbangkan persepsi masyarakat yang terkena dampak konsep TOD (diluar radius 800 meter). Sementara studi lanjutan dapat berupa studi kasus sama di lokasi berbeda, penelitian preferensi masyarakat TOD untuk beralih moda, Penelitian aspek pembiayaan dan staeholder, Penelitian terkait dampak pembangunan double-double track si Stasiun Bekasi.

BAGIAN KEDUA 

Pada dasarnya prinsip TOD adalah tantangan sekaligus jawaban bagi negara berkembang yang memiliki masalah transportasi massa yang pelik seperti Indonesia. Kesuksesan konsep TOD di negara lain tentunya didukung oleh banyak faktor yang mempengaruhinya seperti karakteristik masyarakat, faktor kemajuan dan kelengkapan transportasi, faktor biaya transportasi, dan lainya. Maka dari itu jika konsep TOD diterapkan di Indonesia khususnya Bekasi akan terlihat jelas perbedaan mendasar dari aplikasi di kawasan tersebut. Namun, di dalam junal ini sudah dijelaskan secara sistematis, ilmiah, dan cukup sederhana mengenai peluang aplikasi TOD di kawasan Stasiun Bekasi. Diharapkan jurnal ini akan mampu memicu penelitian tentang TOD berikutnya serta aplikasinya di Indonesia.
Jurnal yang terlampir bertujuan untuk “mengidentifikasi peluang pengembangan kawasan sebagai TOD berdasarkan kebutuhan pola pergerakan pengguna, karakteristik kawasan, serta dukungan kebijakan pengembangan stasiun secara khusus” . Namun output dari jurnal sendiri kurang komunikatif dan cukup sulit dimengerti. Pada bagian kesimpulan peneliti menyajikan prinsip, kriteria, dan indikator yang lebih berfungsi sebagai kerangka teori saja tidak aplikatif untuk pengembangan kawasan TOD Stasiun Bekasi. Sebaiknya tabel prinsip, kriteria, dan indikator ditambahkan kolom identifikasi agar terlihat komponen yang masih kurang dan yang sudah terakomodasi. Sementara output dari tujuan jurnal itu sendiri terkesan terkesampingkan. Sebaiknya penjelasan mengenai output tujuan jurnal disajikan dalam bentuk tabel juga ataupun dengan penulisan yang bold.
Penyajian data kuantitatif terkait kondisi commuter dari Bekasi ke Jakarta dirasa kurang lengkap. Di dalam jurnal hanya dijelaskan secara kualitatif Sebagian besar penduduk yang melakukakan commuting masih menggunakan kendaraan pribadi,..” Sementara informasi selanjutnya tidak begitu relevan karena menjelaskan jumlah pengguna kereta api saja, bukan pengguna kereta api yang melakukan commuting “sementara sekitar 24% pengguna transportasi umum menggunakan kereta api. (BPS Bekasi)”. Hendaknya data kuantitatif mengenai jumlah commuter dengan kereta api bisa di dapat dari pembelian tiket di stasiun itu sendiri sehingga data yang menjadi dasar penelitian bisa lebih akurat.
Kriteria TOD sebaiknya dijelaskan di tinjauan literatur dulu, tidak implisit berada di dalam jurnal untuk menghindari ketidakpaduan jurnal. Pada kesimpulan terdapat rancangan prinsip, kriteria, dan indikator sementara kerangka teoritis dari literaturnya tidak terdapat di awal sehingga terkesan muncul tiba-tiba di kesimpulan. Mungkin bisa terjadi karena keterbatasan jumlah halaman yang disebabkan standardisasi jurnal dari penerbit. Namun, sebaiknya ada penjelasan yang cukup gamblang di awal.
Metode dan analisis yang digunakan sudah baik untuk penelitian penggagas seperti jurnal ini. Memadukan metode analisa kuantitatif dan kualitatif merupakan pilihan bijak ataupun sebuah keharusan bagi suatu penelitian. Analisis trisula (Analisis Kebutuhan Pengguna, Analisis Karakteristik Spesifik Lokasi, Analisis Struktur Persoalan) menyajikan kriteria dalam poin-poin yang sedikit sulit dimengerti.
Konsep TOD merupakan isu hangat yang menjadi primadona transportasi sejak 1990-an. Belum ada aplikasi yang ideal untuk Indonesia menjadikan konsep ini sedikit ekslusif yang masih jauh dari implementasi. Karena banyak faktor yang mempengaruhinya tadi. Menurut Bambang Susanto (2014) upaya pembangunan TOD bisa dilakukan dengan perombakan sistem perizinan kendaraan bermotor dari quantity licensing menjadi quality licensing. Artinya peran pemerintah harus tegas menentukan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang harus dipenuhi operator (kereta api ataupun moda transportasi pengumpul). Dengan perizinan berbasis quality moda transportasi yang kurang layak tidak akan diizinkan beroperasi sehingga transportasi yang tersedia mampu menyediakan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
 Konsep penting lainnya dari TOD adalah Accesibilitas, yaitu semua pengguna mampu mengakses moda transportasi terdekat dengan nyaman dan murah. Ketepatan penentuan simpul pengumpul terbaik adalah di dekat kawasan perumahan. Sementara di radius 800 meter Stasiun Bekasi sendiri penduduknya tidak banyak melakukan commuting sehingga penduduk yang berkepentingan tidak memiliki akses yang cukup ke Stasiun serta mendorong kebutuhan park and ride disekitar Stasiun. Seharusnya sistem park and ride menjadi pendorong akses untuk moda transportasi di simpul pengumpul. Sehingga konsep TOD bisa berjalan baik.
Jika dibandingkan dengan jurnal TOD lainnya bejudul “Sistem Transit Oriented Development (TOD) Perkeretapian Dalam Rencana Jaringan Kereta Api Komuter Mamminasata” oleh Kosmas Toding, Yamin Jinca, dan Shirly Wunas. Jurnal ini mengedepankan strategi perencanaan sistem TOD di masa depan, sementara jurnal pertama lebih mengedepankan peluang aplikasinya di kawasan. Jurnal kedua melihat TOD sebagai salah satu konsep masa depan  kawasan yang pada dasarnya belum memiliki kriteria dan urgensitas yang mengarah kepada TOD. Sementara jurnal pertama melihat permasalahan yang ada di kawasan dan dengan urgensi yang ada menelurkan peluang dalam bentuk prinsip,kriteria, dan indikator yang harus dipenuhi agar TOD bisa teraplikasikan.

BAGIAN KETIGA

Prinsip, kriteria, dan indikator yang didapat dari jurnal merupakan pedoman untuk pengembangan konsep TOD di kawasan Stasiun Bekasi. Peluang teraplikasikannya konsep ini di Stasiun Bekasi juga cukup besar berdasarkan hasil analisis di dilakukan. Dari rekomendasi penelitian juga telah dijabarkan konsep yang bagus terkait kebijakan, integrasi kawasan, dan sistem park and ride. Melalui catatan studi kekurangan penelitian dijelaskan studi pendukung yang akan memperkuat penelitian ini. Sehingga dapat disimplkan beberapa Lesson Learned yang dapat diambil, sebagai berikut:
1.    Transportasi merupakan derive demand yang baru tersedia bila ada faktor-faktor lain yang mendorongnya. Artinya tidak bisa berdiri sendiri sehingga butuh integrasi dengan sistem-sistem lainnya.
2.    Komponen transportasi adalah terdapat satu atau beberapa kegiatan (Tinggal di Bekasi, Bekerja di Jakarta), Antar Lokasi terpisah (Bekasi dan Jakarta), antar kegiatan berhubungan (berhubungan dalam kepentingan ekonomi maupun secara fisik dihubungkan dengan rel kereta api).
3.    Dalam pengelolaan sistem transportasi yang baik penting mengedapankan moda transportasi massal (publik) daripada moda transportasi privat.
4.    Sistem transportasi kota-kota besar di Indonesia membutuhkan konsep seperti TOD untuk menyelesaikan masalah yang ada terutama di kota-kota besar.
5.    Mengadaptasi konsep negara lain tidak sepenuhnya bisa berjalan lancar di Indonesia, karena terdapat karakteristik Indonesia sendiri yang tidak bisa disamakan maupun dikesampingkan.
6.    Transportasi yang berorientasi pada layanan transit membutuhkan sinergi antar moda yang baik agar tercipta sistem transportasi yang efisien, aman, dan nyaman.
Penulis merekomendasikan beberapa tambahan ide untuk memecahkan masalah transportasi di Indonesia, sebagai beikut:
1.    Moda transportasi Becak, Ojek, Bemo, dan Lyn (moda komplementer) merupakan kearifan lokal Indonesia. Menjadikan moda transportasi seperti ini sebagai moda pengumpul akan menjadikan konsep TOD tidak terlalu muluk untuk diterapkan di kota-kota besar dan khususnya kota-kota kecil yang berpotensi membutuhkan konsep TOD.
2.    Pengenaan pajak tinggi terhadap motor adalah salah satu upaya real untuk memberantas masalah transportasi baik utama maupun sampingan. Namun harus dibarengi dengan kesiapan moda transportasi massal yang mumpuni pula.

3.    Salah satu akar masalah dalam transportasi darat perkotaan adalah bagaimana menarik masyarakat kelas atas berganti moda dan menyediakan moda bagi masyarakat bawah. Sementara masyarakat menengah cenderung mengikut dari ketersediaan moda. Sehingga penyediaan transportasi massal yang terjangkau dan nyaman adalah sebuah keharusan bagi pemerintah.


Daftar Pustaka

Indradjati, Petrus N. Dan Larasti, Asti.2015.Peluang dan Prinsip Pengembangan Stasiun Bekasi sebagai kawasan Transit Oriented Development.”Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V4 N2”.Bandung:e-jurnal di akses 1 Maret 2016
Susanto, Bambang.2014.”Revolusi Transportasi”.Jakarta: Gramedia
Toding, Kosmas; Yamin Jinca; Shirly Wunas.2014. “Sistem Transit Oriented Development (TOD) Perkeretapian Dalam Rencana Jaringan Kereta Api Komuter Mamminasata”. Makassar: e-junal di akses 1 Maret 2016

1 comment:

  1. Selamat Sore. Bisakah saya meminta jurnal aslinya? Terimakasih

    ReplyDelete