Friday, July 29, 2016

Organisasiku, OrganisasiMu, Organisasi Kita Sebuah Renungan dan Motivasi

Essay Persyaratan LKMM TM IX FTSP ITS
LENTERA 2016

Organisasi secara terminologi berasal dari organ yeng diberi imbuhan isasi, dalam tata bahasa Indonesia imubhan “isasi” menyatakan sebuah proses dalam arti pribadi penulis “organ yang butuh proses”Mudahnya organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan sama serta memiliki struktur yang jelas. Dalm setiap pembentukan organisasi memtuhkan proses, ketika berjalan juga butuh proses, hingga saat men-demisioner” kan pun harus melalui proses. Sebenarnya apa itu proses dalam organisasi? Sebenarnya apa “esensi” dari adanya sebuah organisasi? Hingga apakah organisasi kampus itu bermanfaat? Apakah mereka sekadar organisasi replika yang dengan lugunya menciplak para tatuanya?




Organisasi dewasa ini di ITS memperlihatkan prospek yang cukup biasa-biasa saja. Selain sebagai tanggungan nilai SKEM, organisasi sering kali dijadikan tempat “mebayar utang” kepada organisasi yang telah mengkader mahasiswa. Bagi kalangan idealis, organisasi dijadikan ajang untuk membuktikan ideologi masing-masing, tidak jarang harus berlumpur maupun bertanah-tanah untuk menunjukan ideologi mana yang paling exist. Namun, dia atas itu semua, BEM ITS pernah memimpin BEM SI rgional Jatim-Bali. Prestasi yang cukup lumayan bagi Institut berakreditasi A.
Dilihat dari minat organisasi mahasiswa. Seperti paragraf di atas tadi mahasiswa hanya “membayar utang” bagi organisasi yang mengadernya, sebatas itulah minat berorganisasi mereka. Lain soal ketika berada di organisasi berbasis minat bakat. Dalam tulisan ini dibatasi bagi hal-al mayoritas yang terjadi. Organisasi di KM ITS. Bukan sekadar HMJ saja. Perlu di tegaskan lagi, bukan sekadar HMJ saja. Masih ada BEM F, UKM LMB, SKI, PMK, TPKH, hingga ormawa tingkat jurusan seperti KPPL, Bengkel Mesin, dll. Semua jenis organisasi tadi memiliki kumpulanorang-orang “peduli” nya sendiri , sehingga mampu bertahan dalam regenerasi dan ekistensinya. Sistem multiple organizaton sedikit mirip dengan Teori Tempat Pusat Christaler. Dimana pada orde kota akan terbentuk tatanan hierarki yang saling melayani satu sama lain, semakin tinggi pelayanan akan semakin terspesialisasi jenis jasa maupun barang yang ada. Hal ini dapat berarti hierarki itu adalah “sebuah sistem” atau sebuah kesatuan yang tidak hilang komponennyam arti lainnya adalah pelayanan tertinggi berada di tingkat ITS begitu seterusnya kebawah.  KM ITS berdiri pada 1 September 2001 yang pada intinya mempersatukan manusia yang ada di ITS. Namun seringkali terjadi dikotomi antar jursan erjadi. Orang-orang yang peduli dikonversi menjadi pencetak robot selanjutnya yang memiliki fanatisme tinggi terhadap jurusan maupun himpunan. Begitulah problematikan organisasi dan kepedulian saat ini.
Menjadi masalah bagi ormawa lingkup ITS ketika manusia-manusia tadi stock di jurusan atau himpunann masing-masing, sehingga mahasiswa yang peduli ke Institut menjadi semakin terbatasi langkahnya. Terdapat dua tipe orang peduli dalam berorganisasi ini. Ada yang peduli dan ingin merubah sistem yang ada. Yang satu lagi orang yang peduli dan ingin meneruskan budaya yang ada. Ibarat Thomas lawannya dalam film The Maze Runner. Sipeduli pertama akan belajar kemanapun untuk mendapatkan ilmu yang mampu dibutuhkan ormawa nya. Sementara yang satu nya tetap mempertahankan dudaya yang ada sebagai warisan sakral organisasi. Pada dasarnya tidak ada permasalahan pada kedua tipe orang ini jika mereka mampu bersinergi. Masalah apabila keduanya mengedankan ego diri sehingga kepedulaian akan menyusut dan digeser gengsi.  Itulah masalah kepedulian organisasi.

Kepedulian itu “Dipraktekin”

Peduli, sedikit flashback ketika penulis menjadi mahasiswa baru. Nilai peduli selalu ditanamkan baik secara langsung maupun terselubung laksana iklan di dalam Film The Truman Show. SC dan IC bekerjasama menjadikan kita orang paling peduli terhadap himpunan. Namun bagaimana sekarang setelah penulis menjadi bagian dari HMJ ini? Semua warga baru “mambet” karena telah menjadi warga (baca:raja) yang bisa membalaskan dendam kepada angkatan selanjutnya. Apakah itu peduli? Itu balas budi dalam keburukan bukan peduli.
Dalam konteks ini, peduli dengan organisai adalah peduli lalu lalu berkontribusi nyata, memberikan manfaat, dan membawa perubahan ke arah lebih baik. Itulah peduli versi penulis. Penulis teringat dengan kata2 Ridwan Kamil dalam TEDxBandung mengenai tipe mahasiswa Indonesia: (1) tidak peduli dan tidak pintar, adalah jenis terburuk mahasiswa. (2)tidak peduli namun pinta, merekalah akto-aktor kupu-kupu (kuliah-pulang) berorientasi akademik dan menciptakan suasana “Hunger Game” dalam setiap diskusi kelas. (3) Peduli namun tidak pintar, tipe ini adalah aktivis yang menjadi garis depan terghadap pembelaan rakyat Indonesia maupun sekcil-kecilnya ormawa yang mengadenya dalam arak-arakan namun melupakan tanggung jawabnya sebagai insan akademik. (4)yang terakhir adalah tipe terbaik yaitu Yang Peduli dan Juga Pintar. Merekalah orang-orang tempat meletakkan harapan perubahan yang nyata. Mereka nyata adanya bukan dongeng. Begitulah Bapak B.J Habibie yang mewujudkan cita-cita mulianya. Begitulah Ridwan Kamil maju sebagai wali kota meninggalkan kehidupan arsiteknya yang glamour. Begitulah adanya.

Sumbangsih dan Profesionalisme

Menarik untuk penulis jabarkan dalam tulisan ini, ada dua variabel penting yang menopang “kepedulian” tadi Sumbangsih, yaitu Apa yang kita beri bagi organisai kita serta Profesionalisme, apa yang kita jaga dalam penyelenggaraan organisasai kita. Secara konsep nilai, ketiganya terdengar sangat muluk. Namun itulah adanya dan yang dibutuhkan di dunia ini. terlahirnya kepedulian akan maksimal jika disokong niat untuk memeberikan sumbangsih dan profesionalisme dalam berorganisasi meskipun non-profit.

Warisan cita-cita, takdir waktu,
Selama manusia masih mencari arti kebebasan
hal itu tidak akan pernah bisa dicegah

Bakor Pemandu ITS mengasosiasikan “Reformasi” dalam slogan “Satukan mimpi, dalam aksi inisiator cinta, untuk peduli KM ITS”. Niat baik laskar Bakor Pemandu untuk mereformasi KM ITS melalui lulusan TM adalah salah satu usaha yang perlu di apresiasi. Baik sebagai bentuk “Kepedulian” maupaun “Keorganisasian” sendiri. Pertaynyaannya apa bukti kongkrit kita dalam meramu kepedulaian itu menjadi aksi nyata? Apakah dengan menjadi pengawal MUBES V? Apakah akan menjadi KAHIMA, KaBEM, ataupun PRESBEM? Dan apakah dengan menjadi FKHM? Bisa jadi, dan tidak mesti seperti itu.
Penulis mencoba memberikan pandangan lain terhadap irisan dari Peduli, Profesionalisme, dan Sumbangsih. Menjadi Staff salah satu ormawa ibarat KPP pengaderannya. Namun, apabila staff beraksi demi keberhasilan proker dan memberi perubahan positif pada sekecil apapun pengaruhnya. Ia telah peduli, profesional, dan telah memberikan sumbansih. Jika dilihat dari kaca mata lulusan TM yang notabene lulusan sekolah manajemen organisasi, dasar yang menjadi pondasi dari organisasi itu sendiri adalah hal yang tepat untuk dijadikan objek kepedulian tadi. Sehingga sebagai lulusan TM nantinya diharapkan mampu memberi sumbangsih kepada KD KM dan HDPSDM dalam MUBES V KM ITS. Sekecil-kecilnya datang dalam forum yang disediakan untuk mensosialisasikan hasil MUBES V. Sehingga warisan KM ITS ini terkawal dengan dasar Pancasila dan UUD.

No comments:

Post a Comment