Essay Persyaratan LKMM TM IX FTSP ITS
LENTERA 2016
Organisasi secara terminologi berasal dari organ yeng diberi imbuhan isasi, dalam tata bahasa Indonesia imubhan “isasi” menyatakan sebuah proses dalam arti pribadi penulis “organ yang butuh proses”. Mudahnya organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan sama serta memiliki struktur yang jelas. Dalm setiap pembentukan organisasi memtuhkan proses, ketika berjalan juga butuh proses, hingga saat men-demisioner” kan pun harus melalui proses. Sebenarnya apa itu proses dalam organisasi? Sebenarnya apa “esensi” dari adanya sebuah organisasi? Hingga apakah organisasi kampus itu bermanfaat? Apakah mereka sekadar organisasi replika yang dengan lugunya menciplak para tatuanya?
Organisasi dewasa ini
di ITS memperlihatkan prospek yang cukup biasa-biasa saja. Selain sebagai
tanggungan nilai SKEM, organisasi sering kali dijadikan tempat “mebayar utang”
kepada organisasi yang telah mengkader mahasiswa. Bagi kalangan idealis,
organisasi dijadikan ajang untuk membuktikan ideologi masing-masing, tidak
jarang harus berlumpur maupun bertanah-tanah untuk menunjukan ideologi mana
yang paling exist. Namun, dia atas
itu semua, BEM ITS pernah memimpin BEM SI rgional Jatim-Bali. Prestasi yang
cukup lumayan bagi Institut berakreditasi A.
Dilihat dari minat
organisasi mahasiswa. Seperti paragraf di atas tadi mahasiswa hanya “membayar
utang” bagi organisasi yang mengadernya, sebatas itulah minat berorganisasi
mereka. Lain soal ketika berada di organisasi berbasis minat bakat. Dalam
tulisan ini dibatasi bagi hal-al mayoritas yang terjadi. Organisasi di KM ITS.
Bukan sekadar HMJ saja. Perlu di tegaskan lagi, bukan sekadar HMJ saja. Masih
ada BEM F, UKM LMB, SKI, PMK, TPKH, hingga ormawa tingkat jurusan seperti KPPL,
Bengkel Mesin, dll. Semua jenis organisasi tadi memiliki kumpulanorang-orang
“peduli” nya sendiri , sehingga mampu bertahan dalam regenerasi dan
ekistensinya. Sistem multiple organizaton
sedikit mirip dengan Teori Tempat Pusat Christaler. Dimana pada orde kota akan terbentuk tatanan hierarki yang saling
melayani satu sama lain, semakin tinggi pelayanan akan semakin terspesialisasi
jenis jasa maupun barang yang ada. Hal ini dapat berarti hierarki itu
adalah “sebuah sistem” atau sebuah kesatuan yang tidak hilang komponennyam arti
lainnya adalah pelayanan tertinggi berada di tingkat ITS begitu seterusnya
kebawah. KM ITS berdiri pada 1 September
2001 yang pada intinya mempersatukan manusia yang ada di ITS. Namun seringkali
terjadi dikotomi antar jursan erjadi. Orang-orang yang peduli dikonversi
menjadi pencetak robot selanjutnya yang memiliki fanatisme tinggi terhadap
jurusan maupun himpunan. Begitulah problematikan organisasi dan kepedulian saat
ini.
Menjadi masalah bagi
ormawa lingkup ITS ketika manusia-manusia tadi stock di jurusan atau himpunann
masing-masing, sehingga mahasiswa yang peduli ke Institut menjadi semakin
terbatasi langkahnya. Terdapat dua tipe orang peduli dalam berorganisasi ini.
Ada yang peduli dan ingin merubah sistem yang ada. Yang satu lagi orang yang
peduli dan ingin meneruskan budaya yang ada. Ibarat Thomas lawannya dalam film
The Maze Runner. Sipeduli pertama akan belajar kemanapun untuk mendapatkan ilmu
yang mampu dibutuhkan ormawa nya. Sementara yang satu nya tetap mempertahankan
dudaya yang ada sebagai warisan sakral organisasi. Pada dasarnya tidak ada
permasalahan pada kedua tipe orang ini jika mereka mampu bersinergi. Masalah
apabila keduanya mengedankan ego diri sehingga kepedulaian akan menyusut dan
digeser gengsi. Itulah masalah
kepedulian organisasi.
Kepedulian itu
“Dipraktekin”
Peduli,
sedikit flashback ketika penulis
menjadi mahasiswa baru. Nilai peduli selalu ditanamkan baik secara langsung
maupun terselubung laksana iklan di dalam Film The Truman Show. SC dan IC
bekerjasama menjadikan kita orang paling peduli terhadap himpunan. Namun
bagaimana sekarang setelah penulis menjadi bagian dari HMJ ini? Semua warga
baru “mambet” karena telah menjadi warga (baca:raja) yang bisa membalaskan
dendam kepada angkatan selanjutnya. Apakah itu peduli? Itu balas budi dalam
keburukan bukan peduli.
Dalam konteks ini,
peduli dengan organisai adalah peduli
lalu lalu berkontribusi nyata, memberikan manfaat, dan membawa perubahan ke
arah lebih baik. Itulah peduli versi penulis. Penulis teringat dengan kata2
Ridwan Kamil dalam TEDxBandung mengenai tipe mahasiswa Indonesia: (1) tidak
peduli dan tidak pintar, adalah jenis terburuk mahasiswa. (2)tidak peduli namun
pinta, merekalah akto-aktor kupu-kupu (kuliah-pulang) berorientasi akademik dan
menciptakan suasana “Hunger Game” dalam setiap diskusi kelas. (3) Peduli namun
tidak pintar, tipe ini adalah aktivis yang menjadi garis depan terghadap
pembelaan rakyat Indonesia maupun sekcil-kecilnya ormawa yang mengadenya dalam
arak-arakan namun melupakan tanggung jawabnya sebagai insan akademik. (4)yang
terakhir adalah tipe terbaik yaitu Yang Peduli dan Juga Pintar. Merekalah
orang-orang tempat meletakkan harapan perubahan yang nyata. Mereka nyata adanya
bukan dongeng. Begitulah Bapak B.J Habibie yang mewujudkan cita-cita mulianya.
Begitulah Ridwan Kamil maju sebagai wali kota meninggalkan kehidupan arsiteknya
yang glamour. Begitulah adanya.
Sumbangsih dan Profesionalisme
Menarik untuk penulis
jabarkan dalam tulisan ini, ada dua variabel penting yang menopang “kepedulian”
tadi Sumbangsih, yaitu Apa yang kita
beri bagi organisai kita serta Profesionalisme, apa yang kita jaga dalam penyelenggaraan organisasai kita. Secara
konsep nilai, ketiganya terdengar sangat muluk. Namun itulah adanya dan yang
dibutuhkan di dunia ini. terlahirnya kepedulian akan maksimal jika disokong
niat untuk memeberikan sumbangsih dan profesionalisme dalam berorganisasi
meskipun non-profit.
Warisan cita-cita, takdir waktu,
Selama manusia masih mencari arti kebebasan
hal itu tidak akan pernah bisa dicegah
Bakor Pemandu ITS
mengasosiasikan “Reformasi” dalam slogan “Satukan mimpi, dalam aksi inisiator
cinta, untuk peduli KM ITS”. Niat baik laskar Bakor Pemandu untuk mereformasi
KM ITS melalui lulusan TM adalah salah satu usaha yang perlu di apresiasi. Baik
sebagai bentuk “Kepedulian” maupaun “Keorganisasian” sendiri. Pertaynyaannya apa bukti kongkrit kita
dalam meramu kepedulaian itu menjadi aksi nyata? Apakah dengan menjadi
pengawal MUBES V? Apakah akan menjadi KAHIMA, KaBEM, ataupun PRESBEM? Dan
apakah dengan menjadi FKHM? Bisa jadi, dan tidak mesti seperti itu.
Penulis mencoba memberikan
pandangan lain terhadap irisan dari Peduli, Profesionalisme, dan Sumbangsih. Menjadi
Staff salah satu ormawa ibarat KPP pengaderannya. Namun, apabila staff beraksi
demi keberhasilan proker dan memberi perubahan positif pada sekecil apapun
pengaruhnya. Ia telah peduli, profesional, dan telah memberikan sumbansih. Jika
dilihat dari kaca mata lulusan TM yang notabene lulusan sekolah manajemen
organisasi, dasar yang menjadi pondasi dari organisasi itu sendiri adalah hal yang tepat untuk dijadikan objek
kepedulian tadi. Sehingga sebagai lulusan TM nantinya diharapkan mampu
memberi sumbangsih kepada KD KM dan HDPSDM dalam MUBES V KM ITS.
Sekecil-kecilnya datang dalam forum yang disediakan untuk mensosialisasikan
hasil MUBES V. Sehingga warisan KM ITS ini terkawal dengan dasar Pancasila dan
UUD.

No comments:
Post a Comment