ESSAY Persyaratan LKMM PP 2015 FTSP
Mahakarya 2015
Pemandu, sekilas
mendengar kata itu kita akan mengasosiasikan “mereka” dengan sekumpulan lelaki
dan wanita yang terbalut rapinya pakaian office
looking. Tidak ada yang tahu pasti apa sesungguhnya tugas dari pemandu, selain
memandu itu sendiri. Setidaknya begitulah pandangan kita dan saya khususnya
saat pertama kali dikenalkan pada Pemandu di LKMM Pra-TD.
Menarik untuk kita
bahas lebih lanjut. Pemandu seperti apakah yang akan mampu menjawab tantangan
kekinian dan tidak akan lekang bila suatu saat ditempa isu miring hingga isu
berakhirnya LKMM itu sendiri. Pemandu Berkarakter adalah jawabannya.
Pemandu berkarakter,
jika dilihat dari dimensi saya sendiri merupakan pemandu yang mempunyai
karakter yang bersifat kedalam dan keluar. Kedalam dalam artian Pemandu
berkarakter bukanlah pemandu yang “seragam” dengan pemandu lainnya laksana
robot, tapi merupakan pemandu yang mampu muncul dengan karakter dirinya
sendiri. Karakter ini menjadi ciri khas tiap pemandu. Karakteristik yang
membangun identitas diri sehingga orang yang dipandu benar-benar merasa
diarahkan dan diayomi dengan karakteristik yang “tidak dibuat-buat”. just natural. Karakter pemandu yang
mampu menggarahkan orang yang dipandunya untuk meningkatkan wawasan, sifat dan
keterampilan. Sebuah kutipan dari seorang teman saya berkata “Jika engkau tak mampu menjadi cahaya maka
jadilah cermin yang memantulkan cahaya tersebut”. Begitulah tugas pemandu
sejauh yang saya mengerti hingga saat ini. Intinya karakter diri seorang
pemandu merupakan bagian dari pemandu yang berkarakter.
Sementara itu, Pemandu
Berkarakter yang bersifat keluar merupakan suatu “kesepakatan” manusia yang
melihat karakter pemandu dari dimensi luar pemandu itu sendiri. Keluar disini
diartikan dengan pemandu yang berkarakter memiliki karakteristik laksana
“menyalakan api”. Pemandu adalah object
dari kesepakatan tadi. Pemandu yang berkarakter merupakan seseorang yang “dianggap”
dan “diharapkan” mampu menyalakan api pengetahuan, menemukan sifat, dan melatih
keterampilan orang yang dipandunya. Secara tidak langsung ia memiliki beban
moral atas ketercapaian tujuan pelatihan yang telah dirancang. Jika kepemanduan
kita anggap sebagai sebuah proses pendidikan maka ia bisa digambarkan seperti kutipan
berikut.
“Education is not about filling
water to the pail, but lightning the fire”
Pemandu berkarakter memunculkan
karakter dirinya sendiri dan mampu menyalakan api karakteristik (jati diri)
orang-orang yang ia pandu.
Pemandu berkarakter
bukan merupakan seseorang yang “sempurna”, karena pada dasarnya tiada
kesempurnaan dalam diri manusia. Pemandu berkarakter adalah ia yang mampu
berkomitmen dengan “jalan yang telah ia pilih” yaitu jalan pemandu itu sendiri.
Sudah menjadi rahasia umum bila satu angkatan PP akan berkontribusi untuk
“setidaknya” 2 tahun kepengurusannya. Dalam perjalanan tentu akan ada
orang-orang yang berguguran dan lari dari komitmen awalnya. Setelah saya membaca
salah satu blog seorang pemandu, saya menemukan fakta bahwa tidak penting bila
pemandu itu merupakan orang yang mampu menginspirasi orang namun ilang-ilangan
dalam tugasnya. Maka akan lebih bernilai bila pemandu itu sederhana, tidak begitu
menginspirasi, biasa-biasa saja tapi konsisten menjalankan tugasnya. Pada
dasarnya membentuk manusia dibutuhkan proses yang panjang hingga poin pertama
tidak begitu dianggap penting. Dalam kasus inilah Karaker dari seorang pemandu
diuji.
Pemandu berkarakter merupakan jawaban atas
persoalan dekadensi moral yang melanda bangsa ini. Dengan kepemanduan kita
membentuk manusia-manusia yang mau mengubah kelompoknya. Berkeinginan utuk
memperbaiki kondisi bangsanya melalui pelatihan yang kecil ini. Selain “tekad”
untuk membentuk orang-orang yang mengubah kelompoknya. Pemandu juga dituntut berkarakter kreatif. Kreatif
menghadapi tantangan yang ada. Ridwan Kamil pernah berkata “Do Your creativity for your society”.
Bicara tentang pemandu
FTSP. Saya pribadi berpendapat jika pemandu FTSP bisa diwakilkan dengan tiga
kata maka karakter komunal pemandu FTSP
adalah guyub, kreatif, dan unussual. Berbagai
warna menciptakan pekatnya hitam FTSP. Karena kepemanduan bukan hanya bicara
eksistensi, aktualisasi, pelatihan, ataupun batu lonatan. Kepemanduan juga
bicara tentang hati. Hati yang terkuatkan atas semangat berbagi. Hati yang
berkomitmen dengan kewajiban. Serta hati yang terkesiap menabrakkan diri dengan
tantangan yang ada.
Untuk menutup tulisan
ini. Izinkan saya mengutip sebuah cerita.
“Setiap
pagi di Afrika, seekor singa terjaga dan dia sadar. Hari ini ia harus berlari
lebih cepat daripada rusa terlambat, atau dia akan mati kelaparan. Di tempat
lain, seekor Rusa setiap pagi terjaga dari tidurnya dan ia tahu, ia harus
berlari lebih ceoat daripada Singa tercepat atau dia akan mati di mangsa.
Sungguh bukan sebuah masalah bila kita memilih menjadi singa ataupun rusa. Yang
pasti, setiap kita terjaga di pagi hari
kita harus tetap berlari……”
wassalam

No comments:
Post a Comment