Friday, July 29, 2016

Pemandu Berkarakter: Memandu dari “hati”

      ESSAY Persyaratan LKMM PP 2015 FTSP
      Mahakarya 2015   

Pemandu, sekilas mendengar kata itu kita akan mengasosiasikan “mereka” dengan sekumpulan lelaki dan wanita yang terbalut rapinya pakaian office looking. Tidak ada yang tahu pasti apa sesungguhnya tugas dari pemandu, selain memandu itu sendiri. Setidaknya begitulah pandangan kita dan saya khususnya saat pertama kali dikenalkan pada Pemandu di LKMM Pra-TD.


Waktu terus berjalan, perubahan demi perubahan mewarnai persepsi, pendapat, hingga LKMM itu sendiri. Pemandu bukanlah pemateri. Pemandu bukanlah narasumber, bahkan pemandu bukanlah orang yang sempurna. Pemandu juga bukan “hanya” menyoal aktualisasi diri, Pengakuan, batu loncatan, hingga sekedar ngeksis. Lebih jauh daripada itu pemandu merupakan ujung tombak dari penyelenggaraan LKMM itu sendiri. Dan dewasa ini, peran pemandu begitu krusial karena dalam perjalanan LKMM di ITS yang tentu mengalami pasang surut dan jatuh-bangun ini. Pemandu dituntut berintegritas tinggi untuk meyelamatkan muka ke-LKMM-an itu sendiri. Dari persoalan Kualitas Pemandu yang dipertanyakan hingga perbedaan seorang Pemandu dan Non Pemandu yang diragukan eksistensi “perbedaan”nya. Hingga manfaat dari LKMM yang dirasa kurang mengena.
Menarik untuk kita bahas lebih lanjut. Pemandu seperti apakah yang akan mampu menjawab tantangan kekinian dan tidak akan lekang bila suatu saat ditempa isu miring hingga isu berakhirnya LKMM itu sendiri. Pemandu Berkarakter adalah jawabannya.
Pemandu berkarakter, jika dilihat dari dimensi saya sendiri merupakan pemandu yang mempunyai karakter yang bersifat kedalam dan keluar. Kedalam dalam artian Pemandu berkarakter bukanlah pemandu yang “seragam” dengan pemandu lainnya laksana robot, tapi merupakan pemandu yang mampu muncul dengan karakter dirinya sendiri. Karakter ini menjadi ciri khas tiap pemandu. Karakteristik yang membangun identitas diri sehingga orang yang dipandu benar-benar merasa diarahkan dan diayomi dengan karakteristik yang “tidak dibuat-buat”. just natural. Karakter pemandu yang mampu menggarahkan orang yang dipandunya untuk meningkatkan wawasan, sifat dan keterampilan. Sebuah kutipan dari seorang teman saya berkata “Jika engkau tak mampu menjadi cahaya maka jadilah cermin yang memantulkan cahaya tersebut”. Begitulah tugas pemandu sejauh yang saya mengerti hingga saat ini. Intinya karakter diri seorang pemandu merupakan bagian dari pemandu yang berkarakter.
Sementara itu, Pemandu Berkarakter yang bersifat keluar merupakan suatu “kesepakatan” manusia yang melihat karakter pemandu dari dimensi luar pemandu itu sendiri. Keluar disini diartikan dengan pemandu yang berkarakter memiliki karakteristik laksana “menyalakan api”. Pemandu adalah object dari kesepakatan tadi. Pemandu yang berkarakter merupakan seseorang yang “dianggap” dan “diharapkan” mampu menyalakan api pengetahuan, menemukan sifat, dan melatih keterampilan orang yang dipandunya. Secara tidak langsung ia memiliki beban moral atas ketercapaian tujuan pelatihan yang telah dirancang. Jika kepemanduan kita anggap sebagai sebuah proses pendidikan maka ia bisa digambarkan seperti kutipan berikut. 

Education is not about filling water to the pail, but lightning the fire”

Pemandu berkarakter memunculkan karakter dirinya sendiri dan mampu menyalakan api karakteristik (jati diri) orang-orang yang ia pandu.
Pemandu berkarakter bukan merupakan seseorang yang “sempurna”, karena pada dasarnya tiada kesempurnaan dalam diri manusia. Pemandu berkarakter adalah ia yang mampu berkomitmen dengan “jalan yang telah ia pilih” yaitu jalan pemandu itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bila satu angkatan PP akan berkontribusi untuk “setidaknya” 2 tahun kepengurusannya. Dalam perjalanan tentu akan ada orang-orang yang berguguran dan lari dari komitmen awalnya. Setelah saya membaca salah satu blog seorang pemandu, saya menemukan fakta bahwa tidak penting bila pemandu itu merupakan orang yang mampu menginspirasi orang namun ilang-ilangan dalam tugasnya. Maka akan lebih bernilai bila pemandu itu sederhana, tidak begitu menginspirasi, biasa-biasa saja tapi konsisten menjalankan tugasnya. Pada dasarnya membentuk manusia dibutuhkan proses yang panjang hingga poin pertama tidak begitu dianggap penting. Dalam kasus inilah Karaker dari seorang pemandu diuji.
 Pemandu berkarakter merupakan jawaban atas persoalan dekadensi moral yang melanda bangsa ini. Dengan kepemanduan kita membentuk manusia-manusia yang mau mengubah kelompoknya. Berkeinginan utuk memperbaiki kondisi bangsanya melalui pelatihan yang kecil ini. Selain “tekad” untuk membentuk orang-orang yang mengubah kelompoknya. Pemandu  juga dituntut berkarakter kreatif. Kreatif menghadapi tantangan yang ada. Ridwan Kamil pernah berkata “Do Your creativity for your society”.
Bicara tentang pemandu FTSP. Saya pribadi berpendapat jika pemandu FTSP bisa diwakilkan dengan tiga kata maka karakter komunal pemandu  FTSP adalah guyub, kreatif, dan unussual. Berbagai warna menciptakan pekatnya hitam FTSP. Karena kepemanduan bukan hanya bicara eksistensi, aktualisasi, pelatihan, ataupun batu lonatan. Kepemanduan juga bicara tentang hati. Hati yang terkuatkan atas semangat berbagi. Hati yang berkomitmen dengan kewajiban. Serta hati yang terkesiap menabrakkan diri dengan tantangan yang ada.
Untuk menutup tulisan ini. Izinkan saya mengutip sebuah cerita.

 “Setiap pagi di Afrika, seekor singa terjaga dan dia sadar. Hari ini ia harus berlari lebih cepat daripada rusa terlambat, atau dia akan mati kelaparan. Di tempat lain, seekor Rusa setiap pagi terjaga dari tidurnya dan ia tahu, ia harus berlari lebih ceoat daripada Singa tercepat atau dia akan mati di mangsa. Sungguh bukan sebuah masalah bila kita memilih menjadi singa ataupun rusa. Yang pasti, setiap kita terjaga di pagi hari kita harus tetap berlari……”

wassalam       


No comments:

Post a Comment